Meski dianggap sebagai salah satu ikon unik dan khas di kota Medan. Sudako yang menurut sejarah atau ceritanya sudah ada sejak tahun 1970-an, kenyataanya sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Keberadaan angkutan umum tradisional di tanah Melayu Deli ini tercatat sudah mulai berkurang sejak awal tahun 1990-an hingga sekarang.
Banyaknya jenis moda transportasi yang mulai bermunculan dinilai menjadi salah satu faktornya. Sudihermanto (48) salah satu sopir atau penarik angkot Sudako mengaku, perbedaan minat antara sarana transportasi Sudako dibanding dengan transportasi konvensional dan berbasis online lainnya sangat jauh sekali. Ia yang dulunya dapat memperoleh penghasilan lumayan, kini harus mulai pintar-pintar menghitung dan membagi penghasilan dari jasanya sebagai sopir angkutan umum tersebut agar tidak kecolongan.
Seperti apakah cerita para sopir angkot Sudako yang sudah mulai kehilangan penumpang? Bagaimanakah mereka bertahan di tengah pesatnya arus perkembangan zaman dan layanan transportasi saat ini? Mampukah Sudako tetap menjadi primadona dan kebanggaan sebagai salah satu kearifan lokal dan kekayaan budaya nusantara?