Kota Tua Jakarta merupakan simbol kejayaan. Di masa lalu banyak yang ingin menguasai seperti dari Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda, Pajajaran, Kesultanan Banten, Jayakarta, Verenigde Oost-indische Compagnie (VOC) Belanda dan Pemerintah Jepang. Nama yang disematkan untuk Kota Tua Jakarta beragam. Pada tahun 1526, Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran yang kemudian dinamai Jayakarta. Lalu tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen dan memberi nama Batavia. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650 yang kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur. Namun akibat sanitasi yang buruk dan banyak penyakit pada tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar menuju wilayah Weltevreden (area sekitar Lapangan Banteng). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Selama pendudukan Jepang, pada tahun 1942, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia hingga sekarang. Dan tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan keputusan resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan dengan tujuan untuk melindungi sejarah arsitektur kota atau setidaknya bangunan yang masih tersisa, seperti yang kini bisa kita saksikan bersama. Menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda dan keluarga di setiap akhir pekan.