Dulu pada zaman nenek moyang Suku Sasak masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, peresean dijadikan ritual ritual untuk meminta hujan. Mereka percaya jika salah seorang pepadu (petarung) terkena pukulan oleh penjalin (tongkat rotan) dari lawan lalu meneteskan darah dan jatuh ke tanah, itu pertanda hujan akan segera turun.
Pada zaman perang antar kerajaan, seorang panglima perang diseleksi melalui presean. Pepadu yang memiliki kemampuan bertarung diatas rata-rata lah yang layak diangkat sebagai panglima perang. Selain untuk memilih panglima perang presean juga berfungsi untuk melatih ketangkasan seorang pepadu sehingga mereka siap bertarung di medan peperangan.
Saat ini di zaman modern, presean hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu dan sebagai tarian untuk menyambut dan menghibur tamu-tamu kehormatan yang berkunjung ke tanah Lombok.