Potongan Kertas untuk Nilai Kehidupan

Nezatullah Ramadhan, merasa gelisah melihat anak-anak jalanan yang hidup terlunta-lunta tanpa ada kejelasan bagaimana menyambung hidup. Belum lagi pergaulan anak-anak jalanan yang tidak jelas membuat mereka semakin berkecil hati untuk hidup lebih baik. Mereka kehilangan mimpi dan semangat. Mereka hanya berfikir bagaimana melangsungkan hidup hari ini dan tidak terlalu peduli bagaimana esok akan berlangsung.

.

Menurut pengamatan Neza, semua itu karena orang tua tidak mencurahkan kasih sayang sepenuhnya. Mereka tidak sempat memberikan didikan dan mengajarkan bagaimana menjaga semangat untuk hidup lebih baik. Mereka terlampau sibuk mencari uang yang menghimpit kehidupan itu sendiri. Selain masalah ekonomi seperti ini, pola pikir dan motivasi lalu menjadi faktor penghambat lain untuk bergerak maju. Nasib miris puluhan anak-anak kurang beruntung yang hampir setiap hari terlihat begitu besar menyita rasa kemanusiaan seorang Neza. .

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta ini lalu mengajak dua orang rekannya untuk bergerak, memusatkan perhatian pada usaha untuk membantu mereka, anak-anak jalanan. Hal pertama yang terpikirkan adalah bagaimana caranya anak-anak jalanan ini bisa melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat untuk mereka.Lebih dari itu, sesuatu yang diperjuangkan ini haruslah mampu mengubah hidup mereka. Neza yakin anak-anak jalanan bukanlah anak-anak yang tidak mempunyai masa depan. Mereka hanya tidak tahu harus bagaimana menghadapi ujian hidup berupa kepapaan di masa kanak-kanaknya.

.

Menurut Neza, harus ada orang yang dengan sengaja berupaya memutus rantai kemiskinan yang menimpa mereka. Namun Neza tidak ingin hanya memberdayakan mereka tanpa memberikan pembinaan. Maka, pemuda kelahiran Padang 8 April 1991 ini akhirnya memutuskan bahwa sampah, suatu hal yang tidak asing dan mudah didapat harus mampu diubah menjadi uang. Mengapa sampah ? Selain banyak dan keberadaannya menjadi masalah, untuk mendapatkan sampah tidak harus memakai uang. Dengan begitu, modal yang diperlukan Neza dan kawan-kawan tidak akan terlalu besar. Justru, sampah yang dibuang orang dan dianggap tidak bermanfaat harus bisa menyambung hidup anak-anak-anak jalanan. Ini tantangannya. Berbekal keterampilan dan keahliannya mendaur ulang kertas, Neza mulai mengajak anak-anak jalanan.

.

Kebanyakan dari mereka memang putus sekolah, bahkan ada diantaranya adalah penyandang cacat. Menurut Neza, anak-anak jalanan hanyalah anak-anak yang kurang beruntung untuk menghidupi dirinya sendiri. Faktor utama mereka hidup di jalan adalah karena kurangnya perhatian dan kepedulian orang tua untuk memotivasi anak-anaknya. Semakin mudahnya mendapatkan uang di jalan juga menjadi alasan yang dipilih anak- anak jalanan ini. Dari alasan inilah, kita kemudian bisa menyaksikan tanpa keahlian apapun mereka turun ke jalan. Hal ini berdampak buruk terhadap antusias mereka pada pendidikannya sendiri. “Saya sangat yakin, dengan keikhlasan, kesabaran, dan kompaknya kepedulian mayarakat, mereka bisa menata kehidupan dengan lebih baik lagi”.

.

Keuntungan yang diperoleh dari usaha daur ulang sampah kertas menjadi produk bernilai ekonomi ini masih terus membutuhkan dana pribadi Neza. Semua penghasilan usaha ini dipergunakan untuk anak-anak binaannya. Neza hanya berfikir bagaimana anak-anak ini bisa melakukan kegiatan yang memberikan hasil lebih baik daripada beraktifitas di jalanan. Awalnya, Neza tidak mempunyai rencana untuk menjadikan kumpulan anak-anak jalanan ini sebagai sebuah badan usaha. Namun, karena berbagai masukan, Nezamemutuskan untuk membuat yayasan. Lewat yayasan, anak-anak binaan akan lebih mudah mendapatkan proyek dan bantuan yang lebih layak daripada hanya sekumpulan anak-anak jalanan.

.

Organisasi yang diberi nama Yayasan Nara Kreatif ini diketuai oleh Neza sendiri. Diibimbing oleh Profesor Raldi Artono Koestoer, guru besar Teknik Mesin UI dan Nurokhim, pendiri sekolah Master (Masjid Terminal) Depok. Dalam keseharian, anak-anak binaan Nara Kreatif tinggal di yayasan, menjadikan rumah Kreatipreneur sebagaisanggar. Bukan hanya mengolah kertas daur ulang, tetapi mereka juga bisa sekolah gratis. Rutinitas anak binaan dimulai setiap pagi pada saat sholat subuh berjamaah. Dilanjutkan pada pukul 8 hingga pukul 5 sore, aktifitas mereka berpusat pada daur ulang kertas dan membuat produk. Setelah sholat maghrib mereka belajar agama (sholat dan mengaji). Setelah isya, mereka makan malam dan belajar pelajaran sekolah yang diajarkan oleh mahasiswa relawan. Yayasan juga membuka kesempatan untuk masyarakat sekitaruntuk belajar.

.

Mulai tahun ini Rumah Kreatipreneur bekerjasama dengan Sekolah Master (Masjid Terminal ) Depok dalam melaksanakan ujian paket A, B, C, sehingga anak-anak bisa memperoleh ijazah. Yayasan Nara Kreatif mulai bisa memijakkan kakinya lebih baik. Sekarang yayasan sudah memiliki tenaga ahli dalam kegiatan daur ulang, sehingga desain-desainnya mulai berwarna dan lebih indah. Keterampilan anak-anak binaan mulai terasah dengan baik. Pekerjaan mereka mulai banyak, dari membuat kertas daur ulang, box hiasan, bahkan perlengkapan administrasi sepeti map karton atau stationary.

.

Bahannya bisa diambil dari kertas bekas ataupun gedebok pisang. Di bawah pimpinan Neza yang berfikir jauh ke depan, yayasan mulai sering mengikutiacara komunitas dan pameran, seperti pameran yang diadakan di Hotel Borobudur pertengahan Juli 2013 ini. Harapan Neza, dengan bergabung pada event-event ini, Yayasan Nara Kreatif mulai terkenal dan mendapatkan banyak order dari berbagai pihak. Kepercayaan dan kepedulian para pelanggan, pengusaha, kantor-kantor, dan semua orang adalah salah satu jalan agar anak-anak jalanan ini bisa mencari rezeki dengan lebih baik sekaligus bisa sekolah. Sebuah cara meretas langkah untuk menyelamatkan anak-anak bangsa, sekaligus menanggulangi permasalahan sampah.



Kategori : Sosok