Ekosistem mangrove diakui dapat menyimpan sejumlah besar karbon dan mencegah erosi pesisir akibat gerusan laut. Menurut penelitian terbaru ekosistem mangrove juga berperan sebagai penyangga dengan menangkap sedimen kaya karbon organik yang datang bersama dengan kenaikan permukaan laut. Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan ketika semakin banyak orang yang peduli terhadap keberlangsungan ekosistem hutan bakau. Kontribusi penggiat hutan mangrove patut kita acungi jempol guna membantu mengurangi karbon atau sebagai mitigasi untuk kerusakan ekosistem lingkungan di pinggir laut. Salah satunya di pulau Bawean Jawa Timur, sudah mulai banyak yang peduli terhadap tanaman bakau yang berdampak positif bagi lingkungan dan manusia. Pertama, dapat mencegah intrusi air laut. Rembesan laut yang dapat mengakibatkan air tanah menjadi payau. Hutan Mangrove memiliki fungsi mengendapkan lumpur di akar-akar pohon bakau sehingga dapat mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan. Kedua, mencegah erosi dan abrasi pantai. Hutan Mangrove memiliki akar yang efisien dalam melindungi tanah di wilayah pesisir, sehingga dapat menjadi pelindung pengikisan tanah akibat air dan pengikisan tanah akibat ombak. Ketiga, sebagai pencegah dan penyaring alami. Akar yang dipenuhi lumpur dapat mempercepat penguraian limbah organik yang terbawa ke wilayah pantai. Juga membantu mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari laut seperti minyak dan diterjen, dan lainnya. Keempat, sebagai tempat hidup dan makanan bagi beberapa jenis satwa. Cocok bagi banyak hewan seperti biawak, kura-kura, monyet, burung, ular, dan lain sebagainya. Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Kelima, berperan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Menjaga, merawat dan berbudidaya tanaman bakau sebagai upaya untuk mengurangi kerusakan atau kehilangan 5 - 6 persen hutan magrove akibat konversi hutan bakau, illegal logging atau pencemaran perluasan tambak sebagaimana disampaikan Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, DR Hilman Nugroho pada International Conference On Sustainable Mangrove Ecosystem digelar di Hotel Inna Bali Beach. Sebagai informasi, tahun 2017 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat luas ekosistem hutan bakau di Indonesia mencapai sekitar 3,5 juta hektar yang tersebar di 257 Kabupaten dan Kota di Indonesia.